Riwayat Kepengarangan
Agus
Hadi Sudjiwo (lahir di
Jember,
Jawa Timur,
31 Agustus
1962; umur 54
tahun) atau lebih dikenal dengan nama
Sujiwo Tejo adalah seorang
budayawan Indonesia. Ia pernah mengikuti kuliah di
ITB, namun kemudian
mundur untuk meneruskan karier di dunia seni yang lebih disenanginya. Sempat
menjadi wartawan di harian
Kompas selama 8 tahun lalu berubah arah
menjadi seorang
penulis,
pelukis,
pemusik dan
dalang wayang. Selain itu
ia juga sempat menjadi
sutradara dan bermain dalam beberapa film seperti
Janji Joni
dan
Detik Terakhir. Selain itu dia juga tampil dalam
drama teatrikal
KabaretJo yang berarti
"Ketawa Bareng Tejo". Dalam aksinya sebagai dalang, dia suka
melanggar berbagai pakem seperti
Rahwana dibuatnya jadi baik,
Pandawa
dibikinnya tidak selalu benar dan sebagainya. Ia seringkali menghindari pola
hitam putih dalam pagelarannya.
Kuliah di
jurusan Fisika masuk tahun 1980 dan jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi
Bandung, hasrat berkesenian Sujiwo mulai berkembang. Saat itu Sujiwo Tejo
menjadi penyiar radio kampus, main teater, dan mendirikan Ludruk ITB bersama
budayawan Nirwan Dewanto. Sujiwo Tejo juga menjabat Kepala Bidang Pedalangan
pada Persatuan Seni Tari dan Karawitan Jawa di Institut Teknologi Bandung (ITB)
tahun 1981-1983 dan pernah membuat hymne jurusan Teknik Sipil ITB pada
Orientasi Studi tahun 1983. Sujiwo Tejo yang mendalang wayang kulit sejak
anak-anak, mulai mencipta sendiri lakon-lakon wayang kulit sebagai awal
profesinya di dunia wayang dengan judul Semar Mesem (1994). Ia juga
menyelesaikan 13 episode wayang kulit Ramayana di Televisi Pendidikan Indonesia
tahun 1996, disusul wayang acappella berjudul Shinta Obong dan lakon Bisma
Gugur. Pergumulannya dengan komunitas Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI),
memberinya peluang untuk mengembangkan dirinya secara total di bidang kesenian.
Selain mengajar teater di EKI sejak 1997, Sujiwo Tejo juga memberikan workshop
teater di berbagai daerah di Indonesia sejak 1998. Berlanjut pada tahun 1999,
Tejo memprakarsai berdirinya Jaringan Dalang. Tujuannya adalah untuk memberi
napas baru bagi tumbuhnya nilai-nilai wayang dalam kehidupan masyarakat masa
kini. Bahkan pada tahun 2004, Sujiwo Tejo mendalang keliling Yunani. Pada tahun
1998, Sujiwo Tejo mulai dikenal masyarakat sebagai penyanyi (selain sebagai
dalang) berkat lagu-lagunya dalam album Pada Suatu Ketika. Video klip
"Pada Suatu Ketika" meraih penghargaan video klip terbaik pada Grand
Final Video Musik Indonesia 1999, dan video klip lainnya merupakan nominator
video klip terbaik untuk Grand Final Video Musik Indonesia tahun 2000. Kemudian
diikuti labum berikutnya yaitu Pada Sebuah Ranjang (1999), Syair Dunia Maya
(2005), dan Yaiyo (2007).
Selain dalang,
Sujiwo Tejo juga aktif dalam menggelar atau turut serta dalam pertunjukan
teater. Antara lain, membuat pertunjukan Laki-laki kolaborasi dengan
koreografer Rusdy Rukmarata di Gedung Kesenian Jakarta dan Teater Utan Kayu,
1999. Sujiwo Tejo juga menjadi Sang Dalang dalam pementasan EKI Dancer Company
yang bertajuk Lovers and Liars di Balai Sarbini, Sabtu dan Minggu, 27-28
Februari 2004. Selain teater, Sujiwo Tejo juga bermain dan menjadi sutradara
film. Sujiwo Tejo juga menggarap musik untuk pertunjukan musikal berjudul
Battle of Love-when love turns sour, yang digelar 31 Mei sampai 2 Juni 2005 di
Gedung Kesenian Jakarta. Hasil pertunjukan karya bersama Rusdy Rukmarata
(sutradara & koreografer) dan Sujiwo Tejo (komposer musik) akan digunakan
untuk membiayai program pendidikan dan pelatihan bagi anak-anak putus sekolah
yang dikelola oleh Yayasan Titian Penerus Bangsa.Sujiwo Tejo juga menyutradarai
drama musikal yang berjudul 'Pangeran Katak dan Puteri Impian' yang digelar di
Jakarta Convention Center tanggal 1 dan 2 Juli 2006.
Dr. H. M.
Nur Samad Kamba, MA, kelahiran Pinrang, Sulawesi Selatan tanggal 23
September 1958 ini merupakan dosen pengampu Tasawuf pada Jurusan Tasawuf
Psikoterapi (TP) Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung sejak 1998-sekarang dan
ahli Tasawuf dengan menjadi Ketua Jurusan TP periode 1998-2000. Pria yang akrab
di sapa Kamba ini jenjang pendidikan formal yang telah ditempuhnya; S1, S2 dan
S3 dari Universitas al Azhar Cairo dengan mengambil jurusan Aqidah &
Filsafat. Selama menjadi tenaga pengajar di Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung
sejak tahun 1998, Ustadz pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan TP periode
1998-2000 dan Sekretaris Pusat Pengembangan Studi Luar Negeri IAIN SGD tahun
1998. Untuk pengalam mengajar, Ustadz pernah mengampu mata kulaih;
Tasawuf/Maqamat-Ahwal pada jurusan TTP Fakultas Ushuluddin UIN SGD Banudng
tahun 1998, Tasawuf dan Metodologi Terbuka pada Pascasarjana
IAIN Sumatra Utara tahun 1998-1999, Agama dan
Mistisisme pada Pascasarjana UIN SGD Bandung tahun 2010, Ilmu
Huduri pada jurusan TP Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung tahun 2010, Tasawuf
pada jurusan Sosiologi Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung tahun 2010, Tasawuf
Kontemporer, Psikologi Tasawuf, Struktur Insan pada jurusan
TP Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung tahun 2011 dan Dialog dan Resolusi
Konflik pada Program studi Religious Studies Pascasarjana UIN
SGD Bandung tahun 2011. Untuk menunjang keahliannya, Ustadz telah mengikuti
beberapa Pelatihan profesional, diantaranya; Fellowship Postdoctorate yang
diselenggarakan oleh CIDA/Depag dari bulan Oktober 1996 sampai Maret 1997,
Prajabatan Golongan III oleh LAN dari 6 Februari sampai 7 Maret 1998.
Mengenai karya tulisa yang berasal dari bahan ajar
kuliah, diantaranya; Tasawuf/ Maqamat-Ahwal (Diktat S1) tahun 1998, Tasawuf dan
Metodologi Terbuka (Diktat S2) tahun 1998-1999, Agama dan Mistisisme (Diktat
S2) tahun 2010, Ilmu Huduri (Diktat S1) tahun 2010, Tasawuf (Diktat s1) tahun
2010, Tasawuf Kontemporer (Diktat S1) tahun 2011, Psikologi Tasawuf (Diktat S1)
tahun 2011, Struktur Insan (Diktat S1) tahun 2011, Dialog dan Resolusi Konflik
(Diktat S2) tahun 2011; Penelitian "Konsep Madrasah Terpadu" Kelompok
Kerja Ditbinrua Ditjen Binbaga Islam tahun 1998 dengan sumber dana dari
Ditbinrua; Soal Buku dan Jurnal, Fatawa Majlis al Ulama al Indunisi (Terjemah
Indonesia-Arab) terbitan CENSIS tahun 1996, Universitas al Azhar: Problem
Modernisasi Pendidikan Islam terbitan PERTA tahun 1997, Al Shirath al Wasath
terbitan CENSIS tahun 1997, Abdul Karim Amrullah wa Atsaruhu fi al-Harakat
al-Tajdidiyah al-Islamiyah bi Minangkabau terbitan CENSIS tahun 1999, Al Sirah
al Nabawiyah (Terjemah Arab-Indonesia) terbitan Adigna Media Utama tahun 1999,
Syabakat al Ulama (Terjemah Indonesia-Arab) terbitan CENSIS tahun 1999, Al
Muhammadiyah wa Nahdlatul Ulama fie Nazhri al Ulama bi al Syarq al Awsath
terbitan Mimbar Studi tahun 1999, Islam Sufistik (Terjemah Arab-Indonesia)
terbitan Mizan tahun 2001; Untuk Makalah, The Basis of Malamatiya Thought and
Its Field of Implementation yang diselenggarakan oleh Indonesia-Canada Higher
Education Project tahun 1997, Penyunting (editor) Arabic Language Advisor di
Jurnal Studia Islamika dari tahun 1998 sampai 1999; Pembicara pada Konferensi,
Seminar, Lokakarya dan Simposium pada; International Conference on ISLAM
AND THE WEST, Islam abad yang digelar oleh World Muslim League (Rabithal Alam
Islami) dengan materi al Islam wa al Gharb: Muhawalat li al Tafahum tahun 2004,
Seminar Nasional Tasawuf yang digelar oleh Pusat Kajian Tasawuf/ STAIN
Surakarta dengan materi Tasawuf dan Psikologi tahun 2005, World Conference of
Al-Azhar Alumni, Kuala Lumpur yang digelar oleh Kerajaan Malaysia – Universiti
al Azhar (Mesir) dengan materi al Turats wa Falsafat al Tarikh tahun 2008,
International Seminar on Building World Prasce and Civilization by Improving
the Quality of Education and Economic basic of Ethics and Morals yang digelar
oleh IAILM Suryalaya, Jawa Barat dengan materi Ilmu Makrifat dan
Prinsip-Prinsip Epistemologi tahun 2010; Pengabdian pada masyarakat; Menjabat
Direktur Program Dirasat Islamiyah kerjasama Universitas al-Azhar Mesir-IAIN
Jakarta di Jakarta tahun 1999, Menjabat Ka Bag. TU Pimpinan pada Biro Umum
Sekretariat Jenderal Departemen Agama di Jakarta tahun 2000, Menjabat Atase
Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Cairo dari tahun
2001 sampai 2004, Menjabat Konsul/ Atase Haji Konsulat Jenderal RI di Jeddah
dari tahun 2005 sampai 2009, Anggota Tim Penguji Seleksi Calon Non Beasiswa ke
Universitas al Azhar Mesir di Jakarta tahun 2010, Anggota Delegasi RI pada
Dialog Lintas Agama RI-Libanon II di Malang, Jawa Timur tahun 2011, Anggota
Badan Wakaf Indonesia di Jakarta tahun 2011 dan Anggota Tim Penyusunan
Peraturan Menteri Agama Tentang Pelaksanaan Wakaf Benda Tidak Bergerak dan
Benda Bergerak Selain Uang di Kemenag Jakarta tahun 2011; Peran dalam kegiatan
mahasiswa; menjadi Pemateri Ta’aruf Rekrutmen Anggota Tasawuf Psikoterapi
Fakultas Ushuluddin Bandung tahun 2010, Penguji Sidang Disertasi Doktor pada
Fakultas Sastra dan Humaniora Universite Abdelmalek Essaadi, Tetouan, Maroko
an. Dedi Wahyudin di Universite Abdel Malik Essaadi, Tetouan-Maroko tahun 2010,
Pemmbimbing dalam penyusunan Tesis Mahasiswa an. Ace Najmudin,
2.209.9.0161 Pascasarjana UIN SGD Bandung tahun 2011, Penguji
Sidang Disertasi Doktor pada Fakultas Sastra dan Humaniora Universite
Abdelmalek Essaadi, Tetouan, Maroko an. Muhammad Hariyadi di Universite Abdel
Malik Essaadi, Tetouan-Maroko tahun 2011, Penguji Sidang Disertasi Doktor pada
Fakultas Sastra dan Humaniora Universite Abdelmalek Essaadi, Tetouan, Maroko
an. Muhammad Ali Hanafi di Universite Abdel Malik Essaadi, Tetouan-Maroko tahun
2011; Berkat keuletan, pengabdiannya pernah meraih penghargaa dari; PT Asuransi
Jiwasraya/ UNHAS tahun 1990, KBRI Cairo tahun 1993, PPMI Mesir tahun 2004,
Departemen Luar Negeri RI tahun 2005 dan HIMA-J TAPSI tahun 2010. Dalam
keorganinasian prefesi pernah menjbat sebagai; Ketua Divisi Luar Negeri di
Badan Wakaf Indonesia (BWI) tahun 2011 dan Anggota Bidang Kerjasama Luar Negeri
di Majlis Ulama Indonesia (MUI) tahun 2011.
Sinopsi
Berbicara
mengenai Tuhan sering kali dikaitkan dengan agama. Banyak yang mengeklaim Tuhan
dengan berbagai definisi. Manusia yang sok pintar mengartikan Tuhan. Padahal
tidaklah demikian. Tuhan tak terdefinisikan. Lewat pemikiran dan dialog anak
kecil dalam buku ini, pembaca diingatkan tentang Tuhan. Melalui cerita
wayang, marhaen, cacing, zat, gincu, Antareja, nyawa, ketombe, komat-kamit,
tersesat, diri, dan lainnya buku berbagi cara memahami Tuhan yang penuh cinta,
kekal dan abadi. Buku ini terdiri dari sejumlah cerita. Contoh dalam cerita
“Wayang”, manusia diibaratkan sebagai wayang dan Tuhan sebagai dalangnya.
Wayang dimainkan dalang. Semua terjadi atas kehendak dalang. Namun, tidak
demikian dengan wayang orang karena setiap pemain punya kehendak. Guyonan,
celetukan, dan lain-lain, hasil improvisasi pemain sendiri di luar kehendak
dalang (halaman 17). Namanya juga Tuhan, maka kekuasaan-Nya absolut. Tiada
yang terjadi di luar kehendak-Nya. Manusia menjalani kehendak Tuhan, baik
melalui kehendaknya sendiri maupun kehendak Tuhan secara langsung (halaman
19). Sering kali manusia menganggap kemauannya sebagai kehendak Tuhan. Ketidakmampuan
manusia memahami kehendak Tuhan sering menimbulkan masalah. Tidak ada mekanisme
yang dapat digunakan memastikan bahwa kehendak manusia bukan milik Tuhan dan
sebaliknya. Namun setiap kebaikan adalah kehendak Tuhan. Kebiasaan yang
dilakukan terus-menerus seolah sudah menjadi karakter. Hal ini bukan berarti
tidak bisa berubah. Mindset atau cara pandang sangat ditentukan
pengalaman dan pendidikan. Pemaknaan akan Tuhan ditentukan cara pandang yang
dipengaruhi lingkungan, pengalaman, dan pendidikan. Namun, hal itu sering kali
terpengaruhi oleh mainstream. Padahal, mainstream terbentuk
karena indoktrinasi. Mainstream memengaruhi mindset, termasuk
dalam perilaku keberagamaan.
Tulisan
“Diri” menceritakan orang gila yang berbicara sendiri. Bukan orang yang
berbicara terus seperti Ny Christine yang selalu mengomeli anaknya. Namun, dalam
keheningan orang yang dianggap gila itu masih berbicara, walau tidak melalui
mulut. Hal ini dianalogikan bahwa dalam hening manusia menyatu dengan jati
diri sesungguhnya. Ini tada lain cermin cahaya Tuhan (halaman 111). Tuhan
mewujudkan diri-Nya dalam jiwa manusia sebagai cermin. Tuhan yang
Mahabaik. Ketika manusia memandang cermin, bukan kaca yang dilihat, namun
dirinya. Ketika manusia berbuat baik pada orang lain, sejatinya dia berbuat
baik untuk diri sendiri. Demikian juga ketika dia menyakiti sesama, justru
menyakiti diri sendiri. Jadi, wajar saja jika orang menyakiti diri sendiri
dianggap gila. Namun, lebih gila lagi jika agama dan atas nama Tuhan menjadi
alasan untuk membenci dan menyakiti (halaman 114). “Mengingat” menjadi
cerita penutup buku Tuhan Maha Asyik lewat perbincangan Christine,
Dharma, Samin, dan Parwati. Manusia harus selalu mengingat Tuhan agar tidak
terperangkap dalam cara pandang yang terbentuk dari nafsu diri. Mengingat
Tuhan adalah kembali kepada kesejatian diri, di mana Tuhan terasa begitu dekat.
Semakin dekat kepada Tuhan, manusia tambah termanifestasi pula sifat-sifat
kebaikan dan kesempurnaan-Nya pada dirinya. Ini salah satu fungsi agama yang
juga esensial. Agama membimbing umat manusia kembali pada kesejatian diri
masing-masing (halaman 230).
Segi Non Fisik
Tuhan
Maha Asyik buku karya sujiwo tejo dan Dr MN. Kamba,
membuat intuisiku melayang. Entah bagaimana pengarang membuat tulisan dalam
buku ini seperti mempunyai nyawa, membaca buku ini aku menjadi ingat sewaktu
kecil ketika membaca buku dongeng, karena dalam buku tersebut banyak sekali
cerita yang begitu sulit untuk “dimaknai” tetapi sangat enak untuk dibaca
sembari santai. Jalan cerita dalam buku ini pun sangat menarik banyak sekali
analogi yang harus dicerna oleh otak, seakan membaca buku ini adalah untuk
melatih otak kita “berfikir”. Bahasa yang digunakan dalam buku ini pun tergolong mudah untuk dipahami,
jelas saja karena pengarang buku ini sudah sangat berpengelaman dalam hal
“mengarang buku”. Manfaat bagi pembaca sangat banyak sekali seperti dengan
membaca buku ini pembaca dituntut untuk berfikir hitung-hitung sembari “latihan
berfikir”, kemudian buku ini juga mengajarkan kita tentang bagaimana mengenali
Tuhan secara lebih “dekat” dan Lewat kisah-kisah
singkat dan berbagai analogi yang mengena, buku ini mengajak kita meluaskan
hati dan pemikiran untuk menampung ide tentang ketuhanan dan keagamaan yang
lebih lapang, dan tentunya yang lebih asyik.
Segi Fisik
Membahas
mengenai segi fisik buku Tuhan Maha Asyik, saya berfikir tidak ada yang harus dikomentari dari buku
ini, karena dari sampul depannya pun desainnya sudah menarik dan penuh dengan
warna yang membuat penasaran bagi yang melihat buku ini, kemudian dalam buku
tersebut pun diselipkan lukisan karya sujiwo tejo. Kualitas cetakan sudah baik
dan jenis kertasnya pun sudah bagus. Bentuk dan jenis huruf yang digunakan
dalam buku tersebut sangat unik, karena jenis huruf yang digunkan tidak monoton
dan sangat beragam.
Penutup
Budayawan
Sujiwo Tejo merilis buku barunya yang ia beri judul 'Tuhan Maha Asyik'. Ditulis
bersama akademisi Nur Samad "Buya" Kamba, Sujiwo mengurai beberapa
kisah tentang keberagaman agama, dalam bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Kisah-kisah
yang ditulis Sujiwo dan Buya Kamba menjelaskan bahwa Tuhan sangat asyik ketika
tidak dikurung paksa dalam penamaan-penamaan dan pemaknaan-pemaknaan. Menurut
keduanya, Tuhan tidak bisa dipikirkan dan dikonsepsikan. Alih-alih, Tuhan harus
ditemukan dan penemuan itulah yang membuat pengalaman itu menjadi sangat asyik.
Semakin banyak manusia mengonsepsikan Tuhan, maka akan semakin jauh Tuhan itu.
Pasalnya, konsepsi ini tunduk kepada rekayasa alam pikiran kita. Buku Tuhan
Maha Asyik menggambarkan konsep mengenal Tuhan secara menyeluruh (holistik),
yang notebene membutuhkan pengkajian dan pemahaman mendalam, namun di buku ini
di sajikan secara "renyah" dan mudah dimengerti dalam bentuk dialog
kanak-kanak sehari-hari, dan kontekstual dengan kebudayaan masyarakat
Indonesia, khususnya budaya spiritual. Lewat kisah-kisah singkat dan berbagai
analogi yang mengena, buku ini mengajak kita melu askan hati dan pemikiran
untuk menampung ide tentang ketuhanan dan keagamaan yang lebih lapang, dan
tentunya yang lebih asyik. Siapapun dan apa pun latar belakang paham
keagamaannya, selama masih punya hati, akan mendapatkan pencerahan dalam
pemahaman keagamaan dan akan memandang bahwa keberagaman dalam beragama adalah
suatu keniscayaan yang sebetulnya mampu menciptakan keindahan dan harmoni dalam
kehidupan dari buku ini. Buku yang asyik karena membicarakan "wajah
Tuhan" dengan cara memuliakan Tuhan Yang Maha Asyik dan menyeret kita
untuk menthawafi pengalaman Tuhan yang mengasyiki hamba-hamba-Nya.
Buku ini hadir di saat yang tepat, di saat bangsa ini
dilanda dengan intoleransi, saling membenci, antar sesama anak bangsa yang
acapkali membajak 'Tuhan' untuk politik jangka pendek dan kepentingan golongan
tertentu. Buku ini bisa menjadi cermin yang akan mengoreksi bahkan menampar
sikap beragama kita. Intinya saya mengajak untuk mengenal Tuhan secara lebih
dekat dengan cara membaca buku ini.