Senin, 11 Desember 2017

TEORI MODERNITAS KONTEMPORER


TEORI KLASIK TENTANG MODERNITAS
Menurut Marx, modernitas ditentukan oleh ekonomi kapitalis. Ia mengakui kemajuan yang ditimbulkan oleh transisi dari masyarakat sebelumnya ke masyarakat kapitalisme. Namun dalam karya-karyanya, sebgaian besar perhatiannya ditujukan untuk mengkritik system ekonomi kapitalis dan kecacatannya (alienasi, eksploitasi, dsb)
Menurut Weber, masalah kehidupan modern yang paling menentukan adalah perkembangan rasionalitas formal dengan mengorbankan tipe rasionalitas lain dan mengakibatkan munculnya kerangkeng besi rasionalitas. Manusia semakin terpenjara dalam kerangkeng besi ini dan akibatnya semakin tak mampu mengungkapkan beberapa cirri kemanusiaan mereka yang paling mendasar.
Menurut Durkheim, modernitas ditentukan oleh solidaritas organik dan pelemahan kesadaran kolektif. Meski solidaritas organic menghasilkan kebebasan yang lebih besar dan produktifitas yang lebih tinggi namun juga menghadapi serangkaian masalah unik.
Pemikiran Simmel, dibahas agak lebih rinci disini karena akhir-akhir ini ia tela dilukiskan baik sebagai modernis (Frisby, 1992) maupun sebagai seorang postmodernis (weinstein dan Weinstein, 1993; jaworsky, 1997). Awalnya Frisby menerima pendapat yang memandang “simmel adalah sosiolog modernitas pertama” (1992:59). Simmel dipandang meneliti modernitas terutama di dua sisi utama yang saling berhubungan-kota dan ekonomi uang. Kota adalah tempat modernitas dipusatkan atau di intensifkan. Sedangkan ekonomi uang menyebabkan penyebaran modernitas dan perluasannya (Frisby, 1992:69).
Poggi (1993) mengambil tema modernitas yang berkaitan dengan uang, khususnya dalam philosophy of money karya simmel. Poggi melihat 3 pandangan tentang modernitas yang dinyatakan dalam karya simmel itu. Pertama, adalah bahwa modernisasi memberikan keuntungan bagi umat manusia, terutama fakta bahwa yang belum terungkapkan , tersembunyi, dan yang tertekan dalam masyarakat pramodern. Kedua, simmel menguraikan besarnya pengaruh uang terhadap masyarakat modern. Ketiga, simmel memusatkan perhatian pada upaya menjelaskan akibat merugikan dari uang terhadap modernitas, terutama alienasi.
MODERNITAS JUGGERNAUT
            Modernitas dalam bentuk panser raksasa ini sanngat dinamis. Kehidupan modern adalah sebuah “dunia yang tak terkendali” dengan langkah, cakupan, dan kedalaman perubahannya yang jauh lebih besar disbanding dengan system sebelumnya (Giddens, 1991:16). Jadi, Gidddens menjelaskan kepada kita bahwa ia tidak menyajikan kita sebuah teori umum gaya lama atau sekurang-kurangnya tak menyodorkan sebuah cerita umum sederhana berarah tunggal.
            Citra panser raksasa rupanya dimaksudkan untuk menerangkan bahwa mekanisme modern jauh lebih besar kekuasaanya ketimbang agen yang mengemudikannya (Mestrovic, 1998:155). Masalah ini sesuai dg kritik yang lebih umum yang menyatakan bahwa tak ada kaitan antara penekanan peran keagenan dlm pemikiran teoritis murni Giddens dan analisis historis subtantif yang “menunjukkan dominannya system dalam memengaruhi kemampuan kita untuk mengubah kehidupan (Craib, 1992:149).
MODERNITAS DAN KONSEKUENSINYA  
Gidden mendefinisikan modernitas dilihat dari sudut empat institusi mendasar. Pertama adalah kapitalisme yang ditandai oleh produksi komoditi, pemilikan pribadi atas modal, tenaga kerja tanpa property, dan system kelas yang berasal dari ciri-ciri tersebut. Kedua adalah industrialisme yang melibatkan pengunaan sumber daya alam dan mesin untuk memproduksi barang. Meski dua cirri modernitas pertama ini hamper tak merupakan sesuatu yang baru tapi ciri ketiga kemampuan mengawasi (surveillance capacities) tampaknya berasal dari pemikiran Michel Foucault. Seperti didefinisikan Giddens, “kemampuan mengawasi mengacu pada pengawasan atas aktifitas warga Negara individual (terutama, tetapi bukan semata-mata) dalam bidang politik “(1990:58). Dimensi institusional yang keempat dari modernitas adalah kekuatan militer atau pengendalian atas alat-alat kekerasan, termasuk industialisasi peralatan perang.
            Modernitas memperoleh dinamisme melalui 3 aspek penting teori strukturasi Giddens: pertama pemisahan waktu dan ruang atau distanciation (meski proses yang makin memisah ini tidak unilinier, tetapi bersifat dialetik). Dalam masyarakat pramodern, waktu selalu dikaitkan dengan uang dan pengukuran waktu biasanya tidak tepat. Dengan datngnya modernitas, uang makin lama makin dilepaskan dari tempat. Berhubungan dnegan orang yang berjauhan jarak fisik makin lama makin besar peluangnya. Menurut Giddens, tempat semakin menjadi “phantasmagorik” artinya “tempat terjadi peristiwa sepenuhnya ditembus dan ditentukan oleh pengaruh sosial yang jauh jaraknya dari tempat terjadinya peristiwa itu”(Giddens, 1990:19).
            Seperti didefinisikan Giddens, keterlepasan menyebabkan hubungan sosial menjadi “terangkat” dari konteks lokal interaksi ketingkat yang melintasi ruang dan waktu yang tak terbatas. Ada dua tipe mekanisme keterlepasan yang penting perannya dalam masyarakar modern; kedua dapat disebut system abstrak. Pertama adalah tanda simbolik, yang paling terkenal adalah uang. Uang memungkinkan pemisahan ruang-waktu. Denga  uang kita mampu terlibat dalam transaksi dengan orang lain yang jauh dipisahkan dari kita oleh waktu dan atau ruang. Kedua adalah system keahlian yakni “system kecakapan teknis atau keahlian professional yang mengorganisir bidang material dan lingkungan sosial dimana kita hidup kini.
            Upaya Giddens, untuk menemukan kompromi posisi politik tampak dalam judul salh satu bukunya beyond left and Right: the futre of radical politics. Giddens mengusulkan suatu rekonstitusi “politik radikal” yang didasarkan pada realisme utopian dan diorientasikan kearah penanganan problem kemiskinan, degradasi lingkungan, kekuasaan dan kekuatan arbiter, dan kekerasan didalam kehidupan sosial.
            Menurut pandangan Giddens, kehidupan postmodern itu akan ditandai oleh teratasinya kelangkaan system, makin meningkatnya demokratisasi, demiliterisasi dan memanusiakan teknologi. Namun, jelas tak ada jaminan bahwa dunia akan berubah menuju arah yang menandai kehidupan postmodern itu; menuju kesebagian ciri-ciri postmodern itu saja pun tidak apalagi seluruhnya. Namun secara reflektif, Giddens percaya bahwa dalam menulis tentang kemungkinan-kemungkinan semacam itu, dia (dan lainnya) dapat memainkan suatu peran dalam membantu merak melewatinya

MODERNITAS DAN IDENTITAS
Giddens mendefinisikan dunia modern sebagai dunia refleksif dan ia menyatakan, “reflektifitas modrn meluas hingga ke inti diri...kedirian menjadi sebuah proyek refleksif”. Artinya, diri menjadi sesuatu yang di refleksikan, diubah, dan dibentuk. Tak hanya individu bertanggung jawab untuk menciptakan dan memelihara kedirian, tetapi tanggung jawab inipun berlanjut dan mencakup semuanya. Diri adalah produk dari eksplorasi dan produk dari perkembangan hubungan sosial yang initim. Dalam kehidupan modern bahkan tubuh “tertarik ke dalam organisasi refleksif kehidupan sosial”
            Dunia modern menimbulkan “keterasingan pengalaman” atau “proses yang berkaitan dg penyembunyian yang memisahkan rutinitas kehidupan sehari-hari dari fenomena sebagai berikut: kegilaan, kriminalitas, penyakit dan kematian, dan seksualitas”
MODERNITAS DAN INTIMASI
            Giddens mengangkat berbagai tema ini dalam the transformation of intimacy. Dalam buku ini, ia memusatkan perhatian  pada transformasi keintiman terus menerus yang menunjukkan gerakan menuju konsep penting lain dalam pemikirannya mengenai dunia modern, yakni konsep hubungan murni atau “situasi dimana hubungan sosial berlangsung demi kepentingan hubungan sosial itu sendiri, demi sesuatu yang bakal di dapatkan oleh setiap orang dari meneruskan hubungan dengan orang lain dan hubungan itu hanya akan dilanjutkan sejauh perkiraan oleh kedua belah pihak dapat memberikan kepuasan yang cukup bagi setiap orang yang berhubungan tersebut.
MASYARAKAT BERISIKO
            Menurut Beck, kita masih terus berada dalam kehidupan modern, walaupun dalam bentuk modernitas baru. Tahap “klasik” modernitas sebelumnya berkaitan dengan masyarakat industry sedangkan kemunculan modernitas baru berkaitan dengan masyarakat berisiko. Meski kita belum lagi hidup di dalam masyarakat berisiko itu, kita tak lagi hidup dalam masyarakat industry semata, artinya kehidupan masyarakat masa kini mempunyai unsur-unsur keduanya. Masyarakat berisiko sebenarnya dpat dilihat sebagai sejenis masyarakat industry kerena kebanyakan risikonya itu berasal dari industry.
            Beck menamakan masyarakat baru, atau yang baru muncul ini modernitas refleksif. Sebuah proses individualisasi yang kini terjadi di barat. Yakni agen-agen semakin bebas dari paksaan structural dan karenanya semakin mampu menciptakan secara refleksif diri mereka sendiri dan masyrakat diman mereka hidup.
            Beck melihat terhentinya modrnitas dan transisi dari masyarakat industry klasik ke masyarakat berisiko yang meski berbeda dari pendahulunya namun masih terus mempunyai berbagau cir masyarakat industry. Masalah sentaral dalam modernitas klasik adalah kekayaan dan bagaimana cara mendistribusikannya dengan lebih merata.
MENCIPTAKAN RISIKO
            Risiko sebagian besar diciptakan oleh sumber kekayaan dalam masyrakat modern. Secara spesifik, industry dan pengaruh sampingannya menimbulkan sejumlah besar akibat yang berbahaya, bahkan mematikan, bagi masyarakat sebagai akibat globalisasi dunia secara keseluruhan. Dengan menggunakan konsep ruang dan waktu, beck berpendapat bahwa risiko modernitas ini tak hanya terbatas pada satu tempat saja (kecelakaan nuklir di lokasi geografis tertentu dapat membahayakan bangsa lain) atau tak terbatas dalam waktu (kecelakaan nuklir dapat membahayakan genetic yang mingkin memengaruhi generasi yang akan datang
MENGATASI RISIKO
            Walaupun modernisasi terlalu menghasilkan risiko, ia juga menghasilkan reflektivitas yang memungkinkannya untuk mempertanyakan dirinya sendiri dan risiko yang dihasilkan. Pada kenyataannya, sering kali rakyat itu sendiri, yakni korban dari risiko itu, yang mulai merefleksikan risiko modernisasi itu. Mereka mulai mengamati dan mengumpulkan data tentang risiko dan akibatnya bagi rakyat. Merekalah menjadi ahli yang mempertanyakan modernitas terdahulu dan bahayanya. Mereka melakukan ini sebagian karena mereka tak lagi percaya kepda ilmuwan dalam meneliti ancaman bahaya modernisasi itu.
            Bidang politik tradisional, pemerintahan, kehilangan kekuasaan karena risiko utama berasal dari apa yang disebut Beck “subpolitik”, seperti misalnya perusahaan besar, laboratorium ilmiah, dan sebaginya. Di dalam system sub politik inilah “struktur masyarakat baru akan diimplementasikan sehubungan dengan tujuan akhir kemajuan ilmu pengetahuan, di luar system parlemen, tidak beroposisi terhadap parlemen tetapi dengan mengabaikannya”.
McDONALDISASI DAN ALAT KONSUMSI BARU
 McDONALDISASI
            Sumber teoritis untuk The Mcdonaldization of Society adalah karya Weber tentang rasionalitas. Di dalam karya The Mcdonaldization ini sasaran perhatan semata-mata hanya tertuju pada rasionalitas formal dan pada fakta bahwa restoran cepat saji mencerminkan paradigma masa kini dari rasionalitas formal. Dengan demikian, orang dapat menyatakan bahwa system rasional formal di masa hidup Weber adalah sebuah birokrasi, sedangkan restoran cepat-saji kini mencerminkan paradigma yang lebih baik daripada jenis rasionalitas formal kini. Birokrasi, dalam hal ini restoran cepat saji, merupakan contoh lebih baik dari tipe rasionalitas formal ini. Secara tak langsung menyatakan bahwa rasionalitas formal masih tetap meupakan komponen kunci kehidupan modern.
            Setiap dimensi Mcdonaldisasi dapat mengunkaan kartu kredit seluruh prose untuk mendapat pinjaman telah dibuat menjadi semakin efisien. Akhirnya, bisnis kartu kredit yang sangat rasional itu menimbulkan sederetan ketakrasionalan, termasuk dihumanisasi yang berkaitan dengan teknologi non manusia dan pegawai bank menyerupai robot yang terlbat dalam interkasi dengan nasabahnya hanya melalui tulisan di komputernya. Jadi kartu kredit seperti restoran cepat saji, dapat dipandang sebagai bagian dari me-Mcdonald-kan hidup kita, merasionalkan secara formal masyarakat modern.
  ALAT ALAT  KONSUMSI BARU
            Ritzer, belakangan ini telah membahas munculnya “alat konsumsi yang baru” di Amerika Serikat sepanjang lebih dari setengah abad sejak lhair perang dunia II. Mcdonald (dalam industry fast food pada umunya) adalah salah satu alat konsumsi yang baru selain alat yang lainyya seperti mall, hiburan, taman bertemakan ala Disney, dsb.
            Konsep arti baru konsumsi diturunkan dari karya Karl Max. akan tetapi, seperti teori modern lainya marx tetutama memfokuskan pada produksi, yaitu mempunyai bias produksi. Marx banyak membahas konsumsi khususnya dalam karya nya tentang komoditas. Yang kurang diketahui adalah Marx ( mengikuti Adam Smith) mengunakan konsep “ alat alat kondumsi” yang menjadikan pusat perhatian buku Ritzer. Marx mendefiniskan alat alat produksi sebagai komoditas yang memiliki bentuk dimanaa komoditas itu memasuki komsumsi produktif. Alat alat konsumsi didefinisikan sebagai komoditas yang memiliki suatu bentuk dimana komoditas itu memasuki konsumsi individual dari kelas kapitalis dan pekerja.
Semua alat konsumsi baru itu adalah modern dalam pengertian alat alat itu sebgaian besar adalah inovasi yang baru dan berkembang pada abad akhir 20. Alat konsumsi baru adalah bersifat mdern dalam pengertiannya yang lebih penting, yakni alat alat itu sangat rasional atau terMcdonaldisasikan. Jadi kita dapat melihat alat alat onsumsi baru sebagi sangat rasional dan karena itu merupakan fenomena modern.
MODERNITAS DAN HOLOCAUST
            Sementara menurut ritzer paradigma modern rasionalitas formal adalah restoran cepat saji, menurut bauman paradigma modern adalah holocaust, penghancuran sistematis orang yahudi oleh nazi. Seperti dikatakan Bauman, “ karena direncanakan dengan kompleks dan dilaksanakan dengan maksud tertentu, maka holocaust itu dapat dipandang sebagai paradigma modern rasionalitas birokrasi.
PRODUK MODERNITAS
Alih-alih memandnag Holocaust itu sebagai kejadian abnormal sebagimana banyak orang yang memandangnya demikian. Jadi menurut Bauman, Holocaust adalah produk modernitas dan bukan akibat kerusakan modernitas seperti pandangan kebanyakan orang.
PERAN BIROKRASI
Birokrasi Jerman lebih dari sekedar melaksanakan Holocaust. Tugas menyingkirkan yahudi seperti hitler dilakukan oleh birokrasi jerman, dank arena mereka harus memecahkan serangkaian masalah dari hari kehari, pemusnahan muncul sebagai cara terbaik untuk menyelesaikan tugas yang diterapkan oleh hitler dan antek-anteknya itu. Holocaust ini menggunakan teknologi manusia seperti kekuasaan dan peraturan tentang kamp-konsentrasi, dan pelaksanaan garis-perakitan dari tanur, untuk mengontrol para tahanan dan penjaga.
MODERNITAS: PROYEK YANG BELUM SELESAI
Hebermas melihat modernitas sebgai proyek yang belum selesai dalam arti masih banyak yang harus dikerjakan dalam kehidupan modern sebelum kita mulai berpikir mengenai kemungkinan kehidupan postmodern. Hebernas menganggap modernitas berbeda dengan dirinya sendiri. Maksudnya adalah bahwa rasionalitas (sebagian besar rasionalitas formal) yang mencirikan system sosial berbeda dan bertentangan dengan rasionalitas yang menandai kehidupan sehari-hari. Salah satu masalah yang dibahas Hebermas adalah makin bertambahnya maslah yang dihadapi oleh Negara kesejahteraan sosial yang birokratis dan modern.
HEBERMAS VERSUS POST-MODERNIS
Holub telah menyajikan rangkuman kritik terpenting Habermas terhadap pemikir post-modernisme. Pertama, pemikir post-modernisme itu kurang tegas mengenai apakah mereka menciptakan teori yang serius atau kesusastraan. Kedua, Habermas merasa bahwa pemikir post-modern dijiwai oleh sentiment normative, namun sentiment mereka itu, disembunyikan dari pembaca. Ketiga, hebermas menuduh post-modernisme sebagai persepektif yang gagal “membedakan fenomena dan praktik yang terjadi dalam masyarakat modern”. Keempat, pemikir post modern, dituduh mengabaikan praktik kehidupan dunia, yang justru menjadi sasaran perhatian mutlak hebermas.
INFORMASIONALISME DAN MASYARAKAT JARINGAN
            Castells memerikasa kemunculan masyarakat, kultur, dan ekonomi yang baru dari sudut pandang revolusi teknologi informasi yang dimulai di Amerika pada 1970-an. Revolusi ini pada gilirannya mengakibatkan restrukturasi fundamental terhadap system kapitalis yang dimulai pada 1980an dan memunculkan apa yang oleh castells disebut dengan “kapitalisme informasional”. Yang juga muncul adalah “masyarakat informasional” (meskipun ada perbedaan cultural dan institusional penting diantara masyarakat).
            Castells juga mendiskusikan kemunculan (yang menemani perkembangan multimedia yang merupakan perpaduan dari media massa dan computer) dari kultur virtualitas riil “sebuah system dimana realitas itu sendiri (yakni eksistansi simbolik/material seseorang) seluruhnya ditangkap, dibenamkan kedalam setting imaji virtual, di dunia khayalan, dimana kemunculannya bukan hanya pada layar yang melaluinya pengalaman dikomunikasikan, tetapi juga kemunculan itu menjadi pengalaman.
            Bagaimana dengan Negara? menurut Castells, Negara semakin tak berdaya di era globalilasi ekonomi ini dan semakin tergantung kepada pasar kapital global. Jadi, misalnya negara-negara menjadi tak mampu untuk melindungi program kesejahteraan mereka karena ada ketidakseimbangan di dunia yang akan membuat kapital condong ke negara negara yang biaya kesejahteraan yang rendah.
            Berdasarkan orientasi kritisnya, khususnya kepada kapitalisme informasional dan ancamannya terhadap diri, identitas, kesejahteraan dan eksklusinya terhadap sebagian besar belahan dunia, Castells menyimpulakn bahwa ketika kapitalisme informasonal dan ancamannya terwujud, maka “ ekonomi kita, masyarakat kita, dan budaya kita…akan membatasi kreatifitas kolektif, mengambil alih hasil teknologi informasi, dan membelokan energi kita kearah penghancuran diri sendiri”. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar