Rabu, 06 Desember 2017

KOGNISI SOSIAL


Pengertian Kognisi Sosial
Kognisi sosial adalah tata cara dimana kita menginterpretasi, menganalisis, mengingat dan menggunakan informasi tentang dunia sosial. Kognisi sosial dapat terjadi secara otomatis.
Dalam bukunya A Theory of Cognitive Dissonance, L. Festinger mengemukakan bahwa dalam teorinya yang banyak dipengaruhi oleh teori psikologi lapangan dari K. Lewin, sector-sektor dalam lapangan kesadaran dinamakannya elemen-elemen kognisi. Eleman-eleman kognisi itu saling berhubungan yang terdiri dari tiga jenis hubungan, yaitu hubungan yang tidak relevan, hubungan yang konsonan, dan hubungan yang disonan.
Hubungan yang ideal dalam struktur kognisi setiap manusia adalah kondisi konsonan, yaitu jika antara dua elemen ada hubungan yang relevan, hubungan itu hendaknya tidak saling bertentangan. Dalam hal ini terjadi hubungan yang disonan. Jenis upaya yang pertama adalah mengubah eleman prilaku. Upaya yang kedua adalah mengubah elemen kognisi lingkungan. Upaya yang ketiga adalah menambah elemen baru kognisi baru sehingga elemen kognisi yang ada m,endapat dukungan dari elemen yang baru.
Jalan Pintas Mental
Dalam proses kognisi manusia sering kali menggunakan jalan pintas mental (heuristics) untuk sampai pada suatu kesimpulan atau atribusi. Jalan pintas itu digunakan untuk mempercepat proses dan menghemat energi. Dengan kata lain heuristics dalam mental digunakan demi efisiensi. Berfikir jalan pintas mengandung bahaya kesalahan penyimpulan. Walaupun demikian, hal tersebut secara otomatis biasa dilakukan karena biasanya bahasa dan tidak salah.
Baberapa faktor dalam berfikir jalan pintas :
1.    Representasi, Kita harus menetapkan atribusi bedasarkan informasi yang tidak lengkap. Disinilah kita berfikir jalan pintas. Menurut rekaman informasi-informasi dalam ingatan kita.
2.    Pengutamaan (priming), Pikiran jalan pintas dipengaruhi oleh factor pengalaman yang paling baru (yang baru saja terjadi).
3.    Pengabaian rata-rata, Berbeda dengan repersentasi, pengfabain rata-rata justru tidak memperhatikan cirri-ciri yang umum berlaku. Berfikir jalan pintas disini didasarkan pada informasi khusus tentang satu orang saja.
4.    Ketersediaan informasi, Jika kepada orang Amerika diberi pertanyaan mana yang lebih besar, Indonesia atau Bali? Jawaban mereka adalah Bali, karena mereka mempunyai informasi lebih banyak tentang Bali, daripada Indonesia.


Berfikir ilusi (Illusory thinking)
Dalam psikologi, ilusi berarti kesalahan persepsi. Ilusi dalam persepsi social bersumber pada proses kognisi manusia.
1.    Ilusi tentang korelasi,
McFarland dkk, dalam penelitian terhadap sejumlah wanita menemukan bahwa sebagian dari mereka merasa bahwa ada hubungan antara suasana hatinya dengan siklus haid mereka. Padahal, dalam kenyataannya perubahan-perubahan suasana hati itu terjadi tanpa ada hubungannya dengan siklus haid mereka. Kesimpulannya adalah bahwa para wanita tersebut mempunyai ilusi tentang hubungan antara haid dengan suasana hati.
2.    Ilusi control,
Orang merasa seakan-akan ia dapat mengendalikan lingkungannya, padahal sebenarnya tidak.
3.    Penilaian yang terlalu percaya diri,
Ilusi kognisi ini disebabkan orang selalu ingin menilai kepercayaan-kepercayaannya, tetapi tidak mau menerima masukan yang tidak sesuai dengan kepercayaannya itu.


Aspek-aspek dasar kognisi sosial
1.    Memperhatikan yang inkonsisten
Segala yang tidak konsiten lebih diperhatikan daripada yang konsisten. Dalam peristilahan Festinger, inkonsitensi inilah yang menimbulkan gisonansi kognitif. Inkonsitensi ini menyebabkan perubahan penilaian atau atribusi dalam hubungan antara pribadi.
2.    Memperhatikan yang negatif
Hilang atau tidak diperhatikannya elemen-elemen kognisi yang positif akan merugikan atau mempersulit hubungan antar pribadi. Namun, kecenderungan ini sering dilakukan oranmg karena dengan memperhatikan yang negatif orang menjadi lebih waspada terhadap bahaya atau kerugian yang mungkin terjadi.
3.    Keraguan karena motivasi
Teori K.Lewin, seseorang berada dalam konflik mendekat-mendekat dengan elemen A mempunyai sedikit lebih banyak valensi positif dari elemen B. Sedikit tambahan valensi positif pada elemen A sudah cukup untuk muembuat seseorang itu memilih A.
4.    Berfikir kontrafaktual
Informasi konsistern atau konsonan dengan akibat perbuatan mempengaruhi pendapat seseorang. Bila awalnya kontrafaktual atau inkonsisten atau disonan membuat reaksi seseorang berbeda.
5.    Pribadi anda adalah apa yang ada miliki
Kadang-kadang benda-benda tertentu sengaja dimiliki seseorang untuk menciptakan citra diri tertentu. Kecenderungan orang untuk menilai orang lain berdasarkan orang lain berdasarkan kepemilikannya ini sesuan dengan teori atribusi penyimpulan terkait, bahwa apa yang dilakukan seseorang merupakan sumber untuk memperoleh informasi tentang orang itu.


PEMBUATAN KEPUTUSAN
Salah satu fungsi yang sangat penting dari proses kognisi adalah pengambilan keputusan. Teori psikologi sosial yang terbaru sudah dapat mengitung proses pengambilan keputusan secara lebih kuantitatif. Keuntungan teori prospek ini psikologi dapat meramalkan perilaku secara lebih tepat dan dapat menyarankan kepada seseorang untuk mengambil pilihannya yang paling tepat jika kita dapat mengetahui secara akurat berbagai elemen dalan kogisi. Teori prospek (Khaneman & Tversky) adalah teori yang mendeskripsikan bagaimana individu mengambil keputusan. Menurut teori prospek, keputusan diambil melalui dua tahap, kognitif. Dalam mrngevaluasi, individu diandaikan memakai fungsi nilai yang memiliki tiga karakteristik.
1.    Konsekuensi diterjemahkan kedalam deviasi dari suatu titik refrensi yang umumnya berupa status quo.
2.    Individu menilai besarnya keuntungan atau kerugian berdasarkan prinsip psikofisik.
3.    Respon terhadap kerugian jauh lebih ekstrim daripada respon mendapat keuntungan.
Pada prinsipnya fungsi nilai menterjemahkan konsekuensi objektif menjadi nilai subjektif dari konsekuensi. Teori prospeh juga mengajukan fungsi yang pada prinsipnya menerjemahkan probabilitas yang menyertai konsekuensi menjadi milai subjektif dari probabilitas. Dengan demikian, nilai total dari sebuah alternative adalah nilai subjektif konsekuensi dengan diberi bobot nilai subjektif dari probabilitasnya.

AFEK DAN KOGNISI
Afek adalah perasaan, jika afek ini berlangsung lebih lama dan intensif dinamakan emosi dan jika emosi ini berkelanjutan dan tak kunjung hilang dinamakan manis (kalau afeknya senang) atau depresi (kalau afeknya sedih). Kognisi dapat mempengaruhi afek sebagai rangsang dari dalam (internal stimulus), sama halnya dengan pengruh rangsang dari luar (eksternal stimulus).

Hakikat emosi
Dalam teori yang paling klasik (teori Cannon Bard) emosi timbul bersama-sama dengan reaksi fisiologik. Teori kedua adalah yang berorientasi pada rangsangnya. Reaksi fisiologik dapat saja sama, tetapi juka rangsangnya menyenangkan, namanya emosi senang, sebaliknya jika rangsangan membahayakan, emosi yang timbul dinamakan tahu (Schachter & Singer, 1962). Teori yang ketiga dinamakan teori James / Lange. Dalam teori ini emosi timbul setelah terjadinya reaksi psikologi.

Afek Pengaruhi Kognisi
Afek dapat mempengaruhi kognisi. Ketika afeknya positif, segalanya dalam kognisi menjadi positif. Namun, jika afeknya negatif segalanya menjadi negatif. Afek juga berpengaruh pada memori (ingatan). Afek yang positif bepengaruh pada memori tentang peristiwa-peristiwa yang positif, sedangkan afek yang negatif bepengaruh pada memori tentang peristiwa-peristiwa yang negatif.

Kognisi Pengaruhi Afek
Kognisi mempengaruhi afek juga melalui skema kognisi. Kalau sebuah peristiwa termasuk kedalam golongan tertentu, afek yang timbul mengikuti penggolongan itu. Selain itu, simpilan dalam kognisi juga mempengaruhi afek kita. Faktor selanjutnya yang mempengaruhi afek dari kognisi adalah perkiraan atau harapan akan dampak dari perilaku tertentu.

DI INDONESIA

Teori Kognitif mungkin adalah yang paling dapat diterima untuk menerangkan perilaku sosial dibandingkan dengan teori psikoanalisis dan teori behaviorisme. Teori kognitif harus memproses segala informasi yang diterimanya dari penginderaan melalui kesadaran sebelum dijadikan respon atau reaksi. Walaupun demikian penerapan teori kognisi dalam hubungan dengan masyarakat di Indonesia harus dilakukan dengan hati-hati karena adanya perbedaan struktur kognisi pada manusia Timur dari manusia Barat. Perbedaan yang pertama adalah pada kategorisasi itu sendiri karena norma yang berbeda. Perbedaan yang kedua adalah bahwa di Timur, tidak ada batas yang tegas antara satu golongan dengan golongan yang lain, sehingga pada saat yang bersamaan dua kategori atau lebih dapat dijadikan satu. Perbedaan ketiga adalah dalam perkembangan diri “aku”. Konsekuensi dari perbedaan struktur dan isi kognisi ini adalah bahwa selalu akan terjadi kemungkinan kesalahpahaman antara dua pihak kalau masing-masing menggunakan struktur kognisinya sendiri dan mereka sama-sama tidak mengerti struktur kognisi pihak yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar