Pernah merasa tertekan dalam menghadapi suatu masalah?
Bisa jadi kita mengalami stres. Stres merupakan salah satu bentuk gangguan
psikologis yang kerap menghinggapi manusia, terutama di era modern ini. Semakin
kompleksnya permasalahan hidup dan semakin bertambahnya populasi manusia telah
meningkatkan peluang seseorang terkena stres. Mari kita bahas seluk-beluk stres
sebagai gangguan psikologis dan hubungannya dengan kesehatan fisik kita.
·
Konsep sehat dan
sakit
Kesehatan adalah salah satu konsep yang telah sering
digunakan namun sukar untuk dijelaskan artinya. Beberapa faktor yang berbeda
terkadang menyebabkan sukarnya mendefinisikan kesehatan, kesakitan, dan
penyakit. Pada tahun 1947, WHO mencoba untuk menggambarkan kesehatan secara
luas. Kesehatan (health) diartikan sebagai keadaan (status) sehat utuh secara
fisik, mental (rohani), sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit,
cacat, dan kelemahan.
Di sisi lain, penyakit merupakan gangguan fungsi atau
adaptasi dari proses-proses biologis dan psikofisiologis pada seseorang.
Kesakitan adalah reaksi personal, interpersonal serta kultural terhadap
penyakit. Kesakitan juga merupakan respon subjektif dari pasien, serta respon
di sekitarnya terhadap keadaan tidak sehat, tidak hanya memasukkan pengalaman
tidak sehatnya saja, tapi arti dari pengalaman tersebut bagi dia.
Gangguan
psikologis dan kondisi fisik
Kondisi fisik dan psikologis seseorang seringkali
saling terkait. Dari sakit fisik bisa muncul gangguan psikologis. Sebaliknya
pula, dari gangguan psikologis bisa muncul sakit fisik. Dalam mengkaji hubungan
di antara keduanya, analisis permasalahan meliputi pencarian/penggalian dan
penjelasan hubungan antara kepribadian dan penyakit fisik yang diikuti dengan
pendekatan penelitian kontemporer.
Apa sebenarnya perbedaan antara gangguan psikologis
seperti cemas dan depresi dengan gangguan fisik seperti penyakit infeksi dan
kanker? Secara langsung, gangguan psikologis dapat dijelaskan dengan mengetahui
penyebab psikologis itu sendiri seperti stres, pengalaman trauma, dan masalah
kanak-kanak. Sementara itu, gangguan fisik diakibatkan oleh penyebab fisik.
Dari situ diketahui bahwa gangguan psikologis seharusnya disembuhkan dengan
sarana psikologi seperti psikoterapi dan terapi perilaku, sedangan gangguan fisik
disembuhkan secara medis.
Gangguan psikologis berkisar dari penyakit mental yang
serius sampai kasus yang depresi yang relatif ringan yang biasanya disebabkan
ketidakseimbang biokimia, sering dianggap sebagai keturunan. Hal ini terutama
didukung oleh penelitian DNA. Di sisi lain, jenis kepribadian tertentu ada yang
mudah terkena penyakit jantung dan stres, yang merupakan faktor utama dalam
penyebab banyak penyakit fisik. Pengobatan holistik dan terapi sejenisnya untuk
penyakit fisik seringnya mempunyai komponen psikologi yang besar seperti
program manajemen stres, relaksasi, hingga pelatihan pernafasan.
·
Sejarah penelitian
stres
Sumbangan pertama dalam penelitian tentang stres
diberikan oleh Cannon pada tahun 1932 mengenai respon fight-or-flight, yang
menyatakan bahwa organisme merasakan adanya suatu ancaman, maka secara cepat
tubuh akan terangsang dan termotivasi melalui sistem saraf sistematik dan
endokrin. Melalui respon fisiologis ini, organisme didorong untuk menyerang ancaman
tadi atau melarikan diri.
Sumbangan paling penting dalam penelitian stres
dilakukan oleh Hans Seyle pada tahun 1936 tentang General Adaptation Syndrome
(GAS). Seyle menyatakan bahwa ketika organisme berhadapan dengan stresor, dia
akan mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan yang diatur oleh
kelenjar adrenal yang menaikkan aktivitas sistem saraf simpatetik. Tanpa
memperhatikan penyebab dari ancaman, individu akan merespon dengan pola reaksi
fisiologis yang sama, selebihnya dengan mengulangi atau memperpanjang stres
sehingga akan melicinkan dan mematahkan sistem. Model oleh Seyle ini menjadi
dasar dalam membahas masalah stres.
Stres dapat dikonseptualisasikan dari berbagai macam
titik atau pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stres sebagai respon, dan
stres sebagai interaksi antara individu dan lingkungan.
1.
Stres sebagai ‘stimulus’
Pendekatan
ini menitikberatkan pada lingkungan dan menggambarkan stres sebagai suatu
stimulus (atau stres sebagai ‘variabel bebas’). Pendekatan yang mengungkapkan
hubungan antara kesehatan dengan penyakit pada kondisi tertentu di lingkungan
eksternal, dilacak pertama kali oleh Hipocrates di awal abad 15 SM, yang
menyatakan karakteristik kesehatan dan penyakit dikondisikan oleh lingkungan
eksternal. Menurut model ini, seorang individu bertemu secara terus-menerus
dengan sumber-sumber stresor yang potensial yang ada di dalam lingkungan,
tetapi hanya satu yang tampak minor atau kejadian yang tidak berbahaya dapat
mengubah keseimbangan yang tipis yang ada di antara batasan coping (cara
mengatasi masalah) dengan keseluruhan perlawanan perilaku coping.
Kelemahan
model ini adalah adanya perbedaan individual, tingkat toleransi seseorang, dan
harapan-harapannya. Tidak ada kriteria objektif yang bisa mengukur situasi yang
penuh stres kecuali ukuran pengalaman individual, sedangkan lingkungan yang
memberi tekanan dapat berupa lingkungan kerja.
2.
Stres sebagai ‘respon’
Pendekatan
ini memfokuskan pada reaksi seseorang terhadap stresor dan menggambarkan stres
sebagai suatu respon (atau stres sebagai variabel tertentu). Menurut Sutherland
dan Cooper, stres sebagai suatu respon tidak selalu bisa dilihat, hanya
akibatnya saja yang bisa dilihat. Pendekatan ini berfokus pada perspektif
medis.
3. Stres
sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan
Pendekatan
ini menggambarkan stres sebagai suatu proses yang meliputi stresor dan strain
dengan menambahkan dimensi hubungan antara individu dengan lingkungan.
Interaksi antara manusia dengan lingkungan yang saling mempengaruhi disebut
sebagai hubungan transaksional. Di dalam proses hubungan ini termasuk juga
proses penyesuaian.
Stres
bukan hanya suatu stimulus atau sebuah respon saja, tetapi juga suatu proses di
mana seseorang adalah suatu perantara (agen) yang aktif yang dapat mempengaruhi
stresor melalui strategi-strategi perilaku, kognitif dan emosional. Individu
akan memberikan reaksi stres yang berbeda pada stresor yang sama. Jadi terdapat
perbedaan dalam mengartikan tumbuhnya kesadaran terhadap stres merupakan proses
yang kompleks dan dinamis yang ssuai dengan pendekatan biopsikososial terhadap
kehidupan manusia.
Menurut
Sutherland dan Cooper, konsep dasar stres adalah sebagai berikut:
Penilaian kognitif: stres adalah pengalaman subjektif
yang mungkin didasarkan atar pesepsi terhadap situasi yang tidak semata-mata
tampak di lingkungan.
ŸPengalaman:
suatu situasi yang tergantung pada tingkat keakraban, keterbukaan, proses
belajar, kemampuan nyata, dan konsep reinforcement.
Tuntutan:
tekanan, keinginan, atau rangsangan-rangsangan yang segera sifatnya, yang
mempengaruhi cara-cara tuntutan yang dapat diterima.
Pengaruh
interpersonal: ada tidaknya seseorang, faktor situasional dan latar belakang
mempengaruhi pengalaman subjektif, respon dan perilaku coping.
Keadaan
stres: merupakan ketidakseimbangan antara tuntutan yang dirasakan dengan
kemampuan yang dimiliki untuk menemukan tuntutan tersebut. Proses yang menikuti
merupakan proses coping, serta konsekuensi dari penerapan strategi coping.
·
Sumber-sumber
stres
Meskipun pendekatan yang sering digunakan untuk
memahami stres berasal dari pandangan interaktif, namun kita perlu juga
mengetahui potensi stresor yang ada di lingkungan. Adapun stresor-stresor
tersebut diklasifikasikan sebagai berikut:
Sumber-sumber stres di dalam diri
seseorang:
Kesakitan:
tingkatan stres yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur
individu.
Penilaian
dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami konflik.
Konflik merupakan sumber stres yang utama. Menurut teori Kurt lewin, kekuatan
motivasional yang melawan akan menyebabkan dua kecenderungan yang berlawanan,
yaitu pendekatan dan penghindaran.
Sumber-sumber stres di dalam
keluarga:
Stres
dapat bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga, seperti
perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh, hingga
tujuan yang saling berbeda.
Sumber-sumber di dalam komunitas dan
lingkungan:
Interaksi
subjek di luar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stres, dan beberapa
pengalaman stres orang tua bersumber dari pekerjaannya dan lingkungan yang
sifatnya stressful.
(a) Pekerjaan dan stres
Hampir
semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stres sehubungan dengan
pekerjaan mereka. Faktor-faktor yang dapat membuat pekerjaan itu stressful,
antara lain:
Tuntutan
pekerjaan
Tuntutan
pekerjaan dapat menimbulkan stres dalam 2 cara, yaitu pekerjaan terlalu banyak
dan jenis pekerjaan itu sendiri sudah lebh stresful daripada jenis pekerjaan
lain.
Pekerjaan-pekerjaan
yang menuntut tanggung jawab bagi kehidupan manusia
Contohnya,
tenaga medis yang mempunyai beban kerja yang berat dan harus berhati-hati
supaya tidak membuat kesalahan sehingga dapat menimbulkan konsekuensi yang
serius.
Menurut
Sarafino, stres kerja dapat disebabkan karena lingkungan fisik yang terlalu
menekan, kurangnya kontrol yang dirasakan, kurangnya hubungan interpersonal,
hingga kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja. Sementara itu, Sutherland
dan Cooper menyatakan bahwa sumber stres yang berasal dari interaksi lingkungan
sosial dengan pekerjaan, meliputi stresor yang ada di dalam pekerjaan itu
sendiri, konflik peran, masalah dalam hubungan dengan orang lain, perkembangan
karir, iklim dan struktur organisasi, hingga adanya konflik antara tuntutan kerja
dengan tuntutan keluarga.
(b) Stres yang berasal dari lingkungan
Lingkungan
yang dimaksud adalah lingkungan fisik, seperti: kebisingan, suhu yang terlalu
panas, kesesakan, dan angin badai. Stresor lingkungan mencakup stresor secara
makro, seperti migrasi, dan kerugian akibat teknologi modern seperti kecelakaan
lalu lintas, bencana nuklir.
·
Tingkat keseriusan
stres
Pendekatan
terhadap stres menekankan pada kejadian hidup utama sebagai sumber stres.
Pendekatan yang cukup baru adalah perhatian untuk kejadian-kejadian traumatis
yang ekstrem, baik buatan manusia (seperti perang) maupun bencana alam (seperti
tsunami dan tornado).
Pengalaman
traumatis yang paling mengerikan, yang sering diselidiki, adalah perang. Stres
yang berhubungan dengan perang dapat disebabkan karena kematian anak, saudara,
dan perpisahan dengan keluarga. Pengalaman stres ini, efeknya dapat berlangsung
berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Reaksi panjang seperti ini dinamakan
Post Traumatic Stres Disorder (PTSD). Orang yang menderita PTSD mempunyai ciri khas,
yaitu mengalami stresor yang sangat ekstrem. Salah satu reaksi terhadap
kejadian yang penuh stres adalah tidak responsif, seperti berkurangnya minat
untuk melakukan aktivitas, menarik diri, dan penyempitan emosi. Gejala lainnya
adalah takut berpisah dan kehilangan, takut akan kematian, disorientasi, depresi,
dan agresi.
Mengatasi stres (stress coping)
Menurut Lazzarus dan Folkman, coping stres merupakan
suatu proses di mana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara
tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan
yang berasanl dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan
dalam menghadapi situasi penuh tekanan. Secara umum, stres dapat diatasi dengan
melakukan transaksi dengan lingkungan di mana hubungan transaksi ini merupakan
suatu proses yang dinamis.
Secara
umum, coping stres mempunyai dua macam fungsi, yaitu:
Emotion-focused coping
Digunakan
untuk mengatur respon emosional terhadap stres. Pengaturan ini melalui perilaku
individu, seperti penggunaan obat penenang, bagaimana meniadakan fakta-fakta
yang tidak menyenangkan, melalui strategi kognitif. Bila individu tidak mampu
mengubah kondisi yang stresful, individu akan cenderung untuk mengatur
emosinya.
Problem-focused coping
Untuk mengurangi stresor, individu akan mengatasi
dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru. Individu
akan cenderung menggunakan strategi ini bila dirinya yakin akan dapat mengubah
situasi. Metode atau fungsi masalah ini lebih sering digunakan oleh orang
dewasa.
Ada delapan strategi coping yang berbeda yang secara
umum dikenal dalam psikologi, yaitu: 1. konfrontasi, 2. mencari dukungan
sosial, 3. merencanakan pemecahan masalah dikaitkan dengan problem-focused
coping, 4. kontrol diri, 5. membuat jarak, 6. penilaian kembali secara positif,
7. menerima tanggung jawab, dan 8. lari atau penghindaran. Tidak ada satu
metode pun yang dapat digunakan untuk semua situasi stres. Tidak ada strategi
coping yang paling berhasil. Strategi coping yang paling efektif adalah
strategi yang sesuai dengan jenis stres dan situasi. Keberhasilan coping lebih
tergantung pada penggabungan strategi coping yang sesuai dengan ciri
masing-masing kejadian yang penuh stres, daripada mencoba menemukan satu
strategi coping yang paling berhasil.
Perbedaan individu dalam menyesuaikan diri terhadap
berbagai macam stres di antaranya dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki
(misal inteligensi, kreativitas, kecerdasan emosional), pengaruh lingkungan,
pendidikan, pengembangan diri, dan usia. Ada pula beberapa penyesuaian yang
dapat bersifat mengurangi gejala stres. Penyesuaian yang tidak disadari yaitu
dengan menggunakan defense mechanisms (mekanisme pertahanan diri), sedangkan
penyesuaian yang disadari di antaranya membicarakan masalah yang dihadapi
dengan orang lain, melakukan pekerjaan lain yang mengurangi simptom stres, atau
sekadar tertawa.
Penyesuaian yang sifatnya problem solving terhadap
stres, merupakan jenis penyesuaian terhadap stres yang bersifat disadari,
berupaya menghilangkan sumber stres, tidak tergesa-gesa atau lebih terarah, ada
strategi tertentu, dan lebih efektif. Ini dapat dilakukan dengan memodifikasi
diri agar lebih toleran terhadap stres atau memodifikasi situasi yang
menimbulkan stres.
·
Stres dan
kesehatan fisik
Stres merupakan salah satu gangguan psikologis. Oleh
karena itu, antara stres dan kesehatan fisik dapat saling mempengaruhi. Stres
bisa menyebabkan menurunnya kondisi fisik, sebaliknya penurunan kondisi fisik
pun bisa menyebabkan stres. Setiap manusia tentu ingin hidupnya sehat secara
fisik dan psikologis. Dengan demikian, dua aspek kesehatan ini perlu
diperhatikan secara bersamaan agar setiap individu tidak menjadi individu yang
sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar